
MEMBACA SALAWAT DALAM TAHMID KHUTBAH
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
No. 006 Tahun 1443 H. / 2022 M.
Tentang:
MEMBACA SALAWAT DALAM TAHMID KHUTBAH
بسم الله الرحمن الرحيم
Dewan Hisbah Persatuan Islam Pada Sidang Lengkap di Pesantren Persatuan Islam No. 50 Ciputri, Lembang, Bandung Barat, hari Selasa tanggal 21 Dzul Qa’dah 1443 H/ 21 Juni 2022 M setelah:
MENIMBANG:
Bahwa:
- Tahmid khutbah adalah kalimat pembuka khutbah yang sifatnya khusus yang terdiri dari hamdalah dan pujian kepada Allah dan syahadat;
- Waktu dan tempat membaca tahmid khutbah berdasarkan hadis:
- Menerangkan sesuatu yang penting
- Khutbah gerhana
- Khutbah Jumat
- Khutbah Salat dan Hajat
- Awal diskusi;
- Salawat adalah doa kesejahteraan dan keselamatan yang ditujukan kepada Nabi saw atau keluarganya dengan redaksi yang khusus dan kaifiatnya ditentukan oleh syariat;
- Waktu dan tempat membaca salawat berdasarkan hadis sebagai berikut:
- Setelah menjawab adzan sebelum berdoa
- Setelah disebut nama Nabi Saw
- Setelah membaca tahiyat dalam salat
- Ketika berkumpul dan berpisah dalam majelis;
- Ditemukan hadis-hadis yang sahih bahwa Rasulullah saw bertahmid dengan hamdalah; memuji Allah dan bersyahadat;
- Belum ditemukan hadis-hadis sahih bahwa Rasulullah Saw bersalawat dalam tahmid khutbah;
- Adanya pendapat yang menjadikan salawat sebagai rukun tahmid khutbah, sehingga jika tidak bersalawat, maka khutbahnya tidak sah;
- Perlunya pembahasan dan kepastian hukum terkait membaca salawat dalam tahmid atau mukadimah khutbah;
- Dewan Hisbah Persatuan Islam memandang perlu menentukan kejelasan hukum tentang masalah tersebut.
MENGINGAT:
- Al-Quran
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab:56)
- Al-Hadisa. Waktu dan tempat tahmid1. Tahmid Dalam Menerangkan Sesuatu Yang Penting
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: لَمَّا ذُكِرَ مِنْ شَأْنِي الَّذِي ذُكِرَ، وَمَا عَلِمْتُ بِهِ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيَّ خَطِيبًا، فَتَشَهَّدَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ، أَشِيرُوا عَلَيَّ فِي أُنَاسٍ أَبَنُوا أَهْلِي، وَايْمُ اللَّهِ مَا عَلِمْتُ عَلَى أَهْلِي مِنْ سُوءٍ، وَأَبَنُوهُمْ بِمَنْ وَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ عَلَيْهِ مِنْ سُوءٍ قَطُّ، وَلاَ يَدْخُلُ بَيْتِي قَطُّ إِلَّا وَأَنَا حَاضِرٌ، وَلاَ غِبْتُ فِي سَفَرٍ إِلَّا غَابَ مَعِي»
Dari Aisyah Ra, ia berkata: Tatkala disebutkan sedemikian rupa tentang peristiwa yang menimpaku, padahal saya tidak tahu menahu tentang hal tersebut, Rasulullah saw berdiri berkhutbah tentang diriku. Maka beliau mengucapkan syahadat lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya dengan sanjungan yang layak bagiNya, kemudian beliau bersabda: Amma Ba’du, Hadirin semua, berilah kepadaku saran-saran tentang orang-orang yang telah menuduhkan keburukan kepada keluargaku. Demi Allah aku tidak mengetahui suatu keburukanpun atas keluargaku, tetapi mereka telah menuduhkan keburukan kepada sesorang yang demi Allah aku tidak mengetahui ada suatu keburukanpun atasnya. Ia tidak pernah masuk ke rumahku melainkan aku ada dan tidaklah aku pergi dalam suatu perjalanan melainkan ia bersamaku. (HR. al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, 6/106)
2. Tahmid Dalam Khutbah Gerhana.
عَنْ أَسْمَاءَ، قَالَتْ: " فَانْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ، فَخَطَبَ فَحَمِدَ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ»
Dari Asma’ Ra, ia berkata: Maka Rasullullah saw berpaling(dari Shalat) dan matahari telah tampak, lalu beliau berkhutbah. Maka beliau bertahmid kepada Allah dengan tahmid yang layak bagiNya, kemudian bersabda: Amma Ba’du…(HR. al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, 2/39)
3. Tahmid Dalam Khutbah Jum’at.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللهَ، وَيُثْنِي عَلَيْهِ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِ ذَلِكَ، وَقَدْ عَلَا صَوْتُهُ:«أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Dari Jabir bin Abdullah Ra, ia berkata: Khutbah Nabi saw pada hari Jum’at adalah beliau bertahmid dan menyanjung Allah. Kemudian setelah itu beliau mengucapkan denaga suara keras: Amma Ba’du, Fa Inna Khairal Haditsi Kitabullah…dst. (HR. Muslim, Sahih Muslim, 3/11)
4. Tahmid Dalam Khutbah Shalat dan Hajat.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ- بْنِ مَسْعُودٍ-، قَالَ: " عَلَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةَ الصَّلَاةِ وَخُطْبَةَ الْحَاجَةِ، فَأَمَّا خُطْبَةُ الصَّلَاةِ: فَالتَّشَهُّدُ، وَأَمَّا خُطْبَةُ الْحَاجَةِ: فَإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا،..قَالَ: ثُمَّ نَقْرَأُ ثَلَاثَ آيَاتٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ
Dari Abdullah bin Mas’ud Ra, ia berkata: Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kami (tahmid) khutbah shalat dan khutbah hajat. Adapun tahmid khutbah shalat adalah bacaan tasyahhud sedangkan tahmid khutbah hajat adalah: Innal Hamda Lillahi Nasta’inuhu wa Nastaghfiruh wa Na’udzu Billahi Min Syururi Ampfusina…ia berkata: Lalu kita membaca tiga ayat dari Kitabullah.. (HR. Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibn Syaibah, 9/438)
5. Tahmid Di Awal Diskusi.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ ضِمَادًا، قَدِمَ مَكَّةَ، فَسَمِعَ سُفَهَاءَ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ، يَقُولُونَ: إِنَّ مُحَمَّدًا مَجْنُونٌ، فَقَالَ: لَوْ أَنِّي رَأَيْتُ هَذَا الرَّجُلَ لَعَلَّ اللهَ يَشْفِيهِ عَلَى يَدَيَّ، قَالَ فَلَقِيَهُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَرْقِي مِنْ هَذِهِ الرِّيحِ، وَإِنَّ اللهَ يَشْفِي عَلَى يَدِي مَنْ شَاءَ، فَهَلْ لَكَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ» قَالَ: فَقَالَ: أَعِدْ عَلَيَّ كَلِمَاتِكَ هَؤُلَاءِ، فَأَعَادَهُنَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَ: فَقَالَ: لَقَدْ سَمِعْتُ قَوْلَ الْكَهَنَةِ، وَقَوْلَ السَّحَرَةِ، وَقَوْلَ الشُّعَرَاءِ، فَمَا سَمِعْتُ مِثْلَ كَلِمَاتِكَ هَؤُلَاءِ، وَلَقَدْ بَلَغْنَ نَاعُوسَ الْبَحْرِ، قَالَ: فَقَالَ: هَاتِ يَدَكَ أُبَايِعْكَ عَلَى الْإِسْلَامِ، قَالَ: فَبَايَعَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَعَلَى قَوْمِكَ» ، قَالَ: وَعَلَى قَوْمِي،
Dari Ibnu Abbas Ra, ia berkata: Suatu ketika Dhimad datang ke Makkah, lalu ia dengar orang bodoh di Makkah mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Maka ia berkata sekiranya aku dapat meliahat laki-laki ini, mudah-mudahan Allah menyembuhkannya melalui tanganku. Lalu iapun menemui Nabi saw dan berkata: Wahai Muhammad saya bisa meruqiya penyakit gila ini, semoga Allah menyembuhkan melalui tamganku siapa saja yang dikehendakiNya, maukah engkau ? Maka Raslullah saw mengucapkan: “Innal Hamda Lillahi Nahmaduhu Wa Nasta’inuhu...dst, Amma Ba’du”. Dhimad berkata: Coba ulangi lagi perkataanmu tadi. Lalu Nabi saw mengulanginya tiga kali. Akhirnya ia berkata: Aku telah mendengar kata-kata tukang tenung, penyihir dan penyair tetapi aku belum pernah mendengar kata-kata seperti ucapanmu itu, bahkan akupun telah mengarungi lautan. Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai’atmu untuk masuk Islam. Maka beliaupun membai’atnya, lalu beliau bertanya kepada Dhimad: “Apakah juga untuk kaummu ?” Ia menjawab: Ya juga untuk kaumku. (HR. Muslim, Sahih Muslim, 2/4)
b. Waktu dan tempat Salawat
1. Setelah menjawab adzan sebelum membaca do’a.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ»
Dari Abdurrahman bin Jubair dari Abdullah bin Amru bin al-Ash bahwa dia mendengar Nabi ﷺ bersabda, "Apabila kalian mendengar mu'adzdzin (mengumandangkan adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah atasku, karena orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena ia adalah suatu tempat di surga, tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan saya berharap agar aku menjadi hamba tersebut. Dan barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka syafa'at halal untuknya." (HR. Muslim, Sahih Muslim, 2/4)
2. Mendengar nama Nabi saw disebut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. Dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orang tuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya)." (HR. at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, 5/513)
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebutkan di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku." (HR. at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, 5/513)
3. Setelah membaca attahiyyat dalam shalat
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: أَقْبَلَ رَجُلٌ حَتَّى جَلَسَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَمَّا السَّلَامُ عَلَيْكَ، فَقَدْ عَرَفْنَاهُ، فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا فِي صَلَاتِنَا صَلَّى الله عَلَيْكَ؟ قَالَ: فَصَمَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَحْبَبْنَا أَنَّ الرَّجُلَ لَمْ يَسْأَلْهُ. فَقَالَ: " إِذَا أَنْتُمْ صَلَّيْتُمْ عَلَيَّ فَقُولُوا: « اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ».
Dari Abu Mas'ud, Uqbah bin 'Amr Al-Anshari berkata; ada seorang laki-laki yang datang sehingga dia duduk di depan Rasulullah Saw dan kami pada saat sedang berada di samping beliau. Lalu orang itu berkata; "Wahai Rasulullah, berkenaan ucapan salam terhadap engkau kami telah mengetahuinya, lalu bagaimana kami harus mengucapkan shalawat atas engkau saat kami shalat?" (Abu Mas'ud, Uqbah bin 'Amr Al-Anshari ra) berkata; "Lalu Rasulullah Saw diam sampai kami berandai-andai jika si laki-laki tadi tidak menanyakannya.” Lalu beliau bersabda: "Jika kalian hendak mengucapkan salawat atasku, maka bacalah: ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD AN-NABIYIL UMI WA 'ALA ALI MUHAMMAD. KAMA SHALLAITA 'ALA IBRAHIM DAN KELUARGA IBRAHIM. WA BARIK 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD AN-NABIYIL UMI KAMA BARAKTA 'ALA IBRAHIM WA 'ALA ALI IBRAHIM FIL 'ALAMIN INNAKA HAMIDUN MAJID (ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad, Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis dan keluarganya. Dan berilah berkah kepada Muhammad Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya engkau Maha Terpuji dan Maha Agung) (HR. Ahmad, Musnad Ahmad, No. 16455)
4. Ketika berkumpul dan berpisah dalam Majelis
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ ثُمَّ تَفَرَّقُوا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ للَّهِ، وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا قَامُوا عَنْ أَنْتَنِ جِيفَة
Dari Jabir Ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: “Tidaklah berkumpul suatu kaum kemudian mereka bubar tanpa dzikirullah dan shalawat kepada Nabi saw melainkan mereka seperti berdari dari tempat bangkai yang paling busuk”. (HR. Abu Dawud At-Thayalisi, Musnad Abi Daud, 3/314)
c. Rasulullah Saw bertahmid dengan hamdalah, pujian, kepada Allah dan syahadat, tanpa salawat di dalamnya
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ، يَحْمَدُ اللهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ يَقُولُ: مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَخَيْرُ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ
Dari Jabir berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika berkhotbah, beliau senantiasa memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda; "Barangsiapa yang Allah memberinya petunjuk, niscaya tidak ada yang akan menyesatkannya, dan barangsiapa yang sesat, niscaya tidak ada yang menunjukinya, dan sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah. (HR Muslim, Shahih Muslim, 2/593)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، عَاصِبٌ رَأْسَهُ بِخِرْقَةٍ، فَقَعَدَ عَلَى المِنْبَرِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّهُ لَيْسَ مِنَ النَّاسِ أَحَدٌ أَمَنَّ عَلَيَّ فِي نَفْسِهِ وَمَالِهِ مِنْ أَبِي بكْرِ بْنِ أَبِي قُحَافَةَ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنَ النَّاسِ خَلِيلًا لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنْ خُلَّةُ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ، سُدُّوا عَنِّي كُلَّ خَوْخَةٍ فِي هَذَا المَسْجِدِ، غَيْرَ خَوْخَةِ أَبِي بَكْرٍ
Dari Ibnu 'Abbas berkata, "Pada suatu hari Rasulullah Saw keluar dalam keadaan sakit yang membawa pada ajalnya. Saat itu kepalanya dibalut dengan kain, beliau lalu naik mimbar langsung memuji dan menyanjung-Nya. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang paling amanAh di hadapanku, baik pada dirinya maupun hartanya melebihi Abu Bakar bin Abu Quhafah. Seandainya aku boleh mengambil kekasih dari ummatku tentulah aku ambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Akan tetapi persaudaraan islam lebih utama. Tutuplah semua pintu dariku kecuali pintu Abu Bakar." (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, 1/100)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ صَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرَ وَكَانَ آخِرَ مَجْلِسٍ جَلَسَهُ مُتَعَطِّفًا مِلْحَفَةً عَلَى مَنْكِبَيْهِ قَدْ عَصَبَ رَأْسَهُ بِعِصَابَةٍ دَسِمَةٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِلَيَّ فَثَابُوا إِلَيْهِ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ هَذَا الْحَيَّ مِنْ الْأَنْصَارِ يَقِلُّونَ وَيَكْثُرُ النَّاسُ فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَطَاعَ أَنْ يَضُرَّ فِيهِ أَحَدًا أَوْ يَنْفَعَ فِيهِ أَحَدًا فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيِّهِمْ
Dari Ibnu 'Abbas berkata, "Nabi Saw menaiki mimbar -dan merupakan kali terakhir beliau duduk di situ- dalam keadaan berselimut yang diletakkannya di atas kedua pundaknya dan mengikat kepalanya dengan ikat kepala berwarna hitam, lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya, beliau bersabda: "Amma ba'du, wahai sekalian manusia berkumpullah di hadapanku." Maka orang-orang berkumpul mengelilingi beliau. Kemudian beliau melanjutkan: "Amma ba'du, sesungguhnya orang yang masih hidup dari kalangan Anshar semakin sedikit, sedangkan orang-orang lain (selain Anshar) terus bertambah banyak. Maka barang siapa mengurus sesuatu dari urusan ummat Muhamad lalu dia dia mampu mendatangkan madlarat kepada seseorang atau memberi manfaat kepada seseorang, maka terimalah orang-orang baik mereka (kaum Anshar) dan maafkanlah orang yang keliru dari kalangan mereka." (HR. Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, 2/11)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ إِذَا تَشَهَّدَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مِنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ مَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ رَشَدَ وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّ إِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللَّهَ شَيْئًا
Dari Ibnu Mas'ud bahwa apabila Rasulullah ﷺ bertasyahhud (memulai khutbahnya), beliau mengucapkan “segala puji bagi Allah, kita memohon ampun kepada-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya dan berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa di sesatkan-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberikannya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya yang diutus dengan kebenaran sebagai pamberi kabar gembira dan sekaligus pemberi peringatan sebelum datangnya hari Kiamat (HR. Abu Dawud, Sunan Abi Daud, 1/287)
3. Kaidah Fikih
اللأصلُ في فعلِ النّبيِّ صلّى الله عليه وسلّم الاقْتِدَاءُ
Asal perbuatan Nabi Saw untuk diikuti
MEMPERHATIKAN:
- Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP.Persis KH. Aceng Zakaria;
- Makalah yang disampaikan oleh KH. Salam Russyad, Lc, M.A. tentang Membaca Salawat dalam Tahmid Khutbah;
- Diskusi dan pandangan para peserta sidang Dewan Hisbah;
MENGISTINBATH:
Bershalawat dalam tahmid bukan rukun khutbah.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MENGERJAKAN SALAT 'IDAIN DAN GERHANA DENGAN MUNFARID DAN PERMASALAHAN MASBUK PADA KEDUANYA
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM Pada Sidang Dewan Hisbah Penyerta Muktamar XIV Di PC Persis Soreang, 27 Sya’ban 1431 H 8 Agustus 2010 M Tentang: " MENG
ISBAL
KEPUTUSAN SIDANG DEWAN HISBAH Tentang ISBAL Dewan Hisbah Persatuan Islam (PERSIS) dalam sidangnya yang ke-14 pada tanggal 21s.d 22 Muharram 1417 H/8 s/d 9 Juni 1996 di Bandun
KAIFIYAT MEMILIH PEMIMPIN DALAM ISLAM
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM No. 007 Tahun 1443 H. / 2022 M. Tentang: KAIFIYAT MEMILIH PEMIMPIN DALAM ISLAM بسم الله الرحمن الرحيم Dewan Hisbah Persatu
SYARIAT DAN BATASAN MEMULIAKAN AHLUL BAIT
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM No. 002 Tahun 1443 H. / 2022 M. Tentang: SYARIAT DAN BATASAN MEMULIAKAN AHLUL BAIT بسم الله الرحمن الرحيم Dewan Hisbah Per
KAIFIYAT PENGURUSAN DAN MENYALATI JENAZAH TRANSGENDER
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM No. 005 Tahun 1443 H. / 2022 M. Tentang: KAIFIYAT PENGURUSAN DAN MENYALATI JENAZAH TRANSGENDER بسم الله الرحمن الرحيم Dewa
MENDOAKAN JENAZAH DI PEMAKAMAN
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM No. 004 Tahun 1443 H. / 2022 M. Tentang: MENDOAKAN JENAZAH DI PEMAKAMAN بسم الله الرحمن الرحيم Dewan Hisbah Persatuan Isla
AIR MANI MANUSIA DIJADIKAN BAHAN OBAT DAN KOSMETIK
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM No. 011 Tahun 1443 H. / 2022 M. Tentang: AIR MANI MANUSIA DIJADIKAN BAHAN OBAT DAN KOSMETIK بسم الله الرحمن الرحيم Dewan H
KETENTUAN ZAKAT PERHIASAN
KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM No. 012 Tahun 1443 H. / 2022 M. Tentang: KETENTUAN ZAKAT PERHIASAN بسم الله الرحمن الرحيم Dewan Hisbah Persatuan I