
TADABBUR QUR'AN (QS. AL-BAQARAH :183)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَام كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 183)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Seruan Allah Swt dengan lafadz tersebut ada pada 89 tempat di dalam Al-Qur'an. Isi seruannya ada yang berhubungan dengan perkara aqidah, ibadah, halal dan haram. Seruan ini sebagai bentuk kasih sayang Allah secara khusus kepada seluruh ummat Nabi Muhamad saw. Yang bertujuan untuk memulyakannya di antara hamba-hamba Allah yang lainnya. Oleh karenanya Abdullah bin Mas'ud pernah berkata:
إِذَا سَمِعْتَ اللَّهَ يَقُولُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا} فارْعِها سَمْعَك، فَإِنَّهُ خَيْر يَأْمُرُ بِهِ، أَوْ شَر يَنْهَى عَنْهُ
Apabila anda mendengar Allah berfirman, "Yaa Ayyuhalladziina aamanuu", maka dengarkan dan perhatikanlah baik-baik, karena ada sebaik-baik (perkara) yang diperintah atau ada sejelek-jelek (perkara) yang dilarang. (Ibnu Katsir, I:3)
Seruan tersebut merupan seruan penuh cinta dan kemuliaan dari sang Maha Pencipta kepada hamba-Nya yang tunduk dan taat dalam aturan dan ketetapan-Nya. Seruan tersebut juga menunjukkan akan tingginya derajat dan kedudukan orang-orang beriman di banding yang lainnya, karena keimananlah yang menjadikan manusia berharga dan bernilai
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
Shaum Ramadhan adalah salah satu rukun islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari Ibnu Umar, ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw: "islam dibangun atas 5 perkara, yaitu dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji, dan shaum di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari)
Pengertian shaum secara syariat adalah menahan secara husus, yaitu menahan diri dari makan, minum dan bersebadan dengan niyat ikhlas karena Allah dari mulai fajar sampai maghrib sesuai dengan cara yang disyariatkan. Dan sempurnanya shaum adalah dengan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shau (HR. Bukhari, 3/24)
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
Shaum tidak hanya disyariatkan kepada nabi Muhamad dan umatnya, melainkan kepada seluruh Nabi dan umatnya dari semenjak nabi Adam. Bahkan dalam agama penyembah berhala pun ada syariat tentang menahan makan dan minum, seperti di Mesir, Yunani, romawi, dan india.
Dalam agama Hindu dikenal istilah upawasa, sebagaimana dalam kitabnya, Candravid, "upawasa itu pada hari kamu dilahirkan, ketika kamu menginginkan sesuatu, ketika kamu menyatakan kecintaan antara Athman dan Brahman, tetapi cucilah rambutmu sebelum melakukannya itu." Pada ayat yang lainnya disebutkan, "rayakanlah penutupan upawasa itu dengan tabuh-tabuhan."
Kristen melakukan puasa selama 40 hari, yang dimulai sejak hari kematian yesus sampai kenaikannya. Tetapi puasa dalam Kristen berbeda-beda, tergantung pendeta dan madzhabnya masing-masing. Ada yang puasa 40 hari itu dengan tidak makan daging dan tidak minum susu, ada juga yang hanya mengurangi makan saja.
Ketika Allah menyebutkan bahwa kewajiban shaum pun dibebankan kepada umat-umat terdahulu, memberikan faidah di antaranya:
- Menjadi motivasi bagi umat nabi Muhamad Saw untuk melaksanakan ibadah shaum dengan maksimal dan optimal
- Menguatkan umat nabi Muhamad Saw bahwa mereka pasti mampu melaksankan ibadah shaum tersebut, karena umat terdahulu pun bisa dan mampu melaksanakannya
- Sesuatu yang dianggap sulit dan berat apabila dilaksanakan secara bersama-sama akan terasa ringan dan mudah
لعلكم تتقون
Kaum penyembah berhala, mereka shaum dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari murka Tuhannya setelah mereka melakukan kejahatan, atau untuk mengundang ridha Tuhannya supaya membantu urusan dan tujuan mereka. Mereka meyakini bahwa untuk mendekatkan diri dan mendapatkan ridho Tuhannya dengan cara membersihkan jiwa dan mengistirahatkan jasad dari kelezatan duniawi. keyakinan ini tersebar juga di kalangan ahli kitab (yahudi dan nashroni), sehingga datang islam mengajarkan kepada kita bahwa kewajiban ibadah shaum dan yang lainnya untuk mempersiapkan diri kita menjadi pribadi-pribadi yang bahagia dengan ketaqwaan.
Orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa mewujudkan ketaatan dengan maksimal dan optimal kapanpun, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Maka dengan kalimat لعلكم تتقون menjelaskan bahwa shaum yang dilaksanakan dengan iemanan wahtisaban bisa mendatangkan ketaatan-ketaatan dan kebaikan-kebaikan yang lainnya.
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 583)
كما قال بعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها
Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388).
Shaum yang iemanan wahtisaban akan membentuk ketaqwaan, karena dengan shaum:
- Mendidik jiwa untuk senantiasa takut kepada Allah, baik ketika sendirian atau pun ketika bersama orang lain
- Menekan arus syahwat
- Akan merasakan penderitaan orang-orang faqir dan miskin
- Menegaskan arti persamaan antara si kaya dan si miskin
- Membiasakan hidup dalam keteraturan
Belajar dari Hewan
Shaum ternyata tidak hanya dilakukan oleh manusia, binatang pun melakukannya untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan hidupnya. Di antaranya ayam, ulat dan ular.
Untuk menjaga kelangsungan hidupnya ular harus rutin mengganti kulitnya dengan kulit yang baru secara berkala. Dan itu tidak bisa dilakukan keuali harus berpuasa terlebih dahulu pada waktu yang tertentu.
Ulat adalah hewan yang hidupnya dihabiskan untuk makan, tetapi setelah tiba waktunya ia melakukan perubahan diri dengan cara berpuasa. Ia mengasingkan dan menutup diri dengan kepongpong sehingga tidak mungkin bisa melampiaskan nafsu makannya. Setelah berminggu-minggu mengasingkan dan menutup diri, ia keluar dengan wujud dan sebutan yang berbeda, ia keluar menjadi sosok hewan yang indah yang bernama kupu-kupu.
Perlu kita renungkan, apakah shaum yang sering kita lakukan itu seperti shaumnya ular? Wajah ular sebelum dan sesudah puasa sama, nama ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama, makanan ular sebelum dan sesudahnya sama, cara bergerak ular sebelum puasa dan sesudahnya tetap sama, dan tabi'at atau sifat ular sebelum dan sesudah berpuasa tetap sama.
Atau mungkin seperti shaumnya ulat? Sesudah melakukan puasa wajahnya berubah menjadi indah dan mempesona, namanya berubah menjadi kupu-kupu, makanananya tidak sembarangan di antaranya dengan cara menghisap madu, cara bergeraknya pun berubah dari merayap menjadi terbang, tabiat dan sifatnya pun berubah yang tadinya perusak menjadi pembantu keberlangsungan kehidupan tumbuh-tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga.
Mudah-mudahan dengan shaum Ramadhan menjadikan kita pribadi-pribadi yang lebih baik dan berkualitas, tidak sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ»
Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahalanya selain lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan pahalanya selain begadang. " (HR. Ibnu Hibban, I/539)
Ditulis Oleh : DW. Ashidiq
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
DI BALIK UJIAN ADA KEBERKAHAN (MEMETIK HIKMAH DI BALIK PERJALANAN NABI IBRAHIM)
Ujian adalah sebuah keniscayaan bagi seorang mukmin, tidak ada satu waktu dan ruang pun yang kosong dari ujian Allah swt, sebab apa yang terjadi pada diri kita di dunia yang fana ini se
Apa yang Telah Kita Persiapkan?
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُ�
Harta Kita Kah ?
Manusia adalah mahluk lemah dan hina yang Allah ciptakan dari setetes air mani yang terpanacar, lalu Allah sempurnakan penciptaannya melebihi mahluk-mahluk yang lainnya, sebagaiman yang
KITAKAH WALIYYULLAH ITU ?
AL-Wali bentuk jamaknya adalah AL-Auliya yang berarti dekat, mengerjakan sesuatu, menolong, dan mencintai. Lafadz wali dalam Al-Qur'an kadang bermakna isim fa'il (subjek) yang diartikan
KEDUDUKAN DAN TUGAS MANUSIA
Manusia bukanlah mahluk yang diciptakan Allah dari emas, perak, intan, permata, atau pun mutiara, melainkan dari setetes air yang hina, ia sendiri merasa jijik hanya sekedar untuk