
KITA ADALAH MUJAHID
Ungkapan “Kita adalah Mujahid” bukanlah ungkapan yang lahir dari kesombongan, tapi lahir dari komitmen kita sebagai seorang muslim yang diperintahkan Allah untuk senantiasa berjihad dengan sebenar-benarnya jihad
وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. (QS. Al-Haj:78)
Sama halnya dengan ungkapan انا مسلم قبل كلّ شيئ “Saya Muslim sebelum melakukan segala sesuatu”, bukanlah ucapan kesombongan, tetapi lahir dari kesadaran bahwa diri ini muslim, tidaklah berucap dan bertindak kecuali akan mencerminkan bahwa diri ini seorang muslim yang harus senantiasa taat dan berserah diri hanya kepada Allah swt.
Definisi Jihad
Ar-Raghib al-Ashfahani di dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Mufradat Li Alfadzil Qur’an mengatakan bahwa Jihad diambil dari kata الْجَهْدُ (difathah huruf Jim nya) yang berarti kelelahan dan kesulitan dan الْجُهْدُ (didhammah huruf Jimnya) yang berarti kemampuan. Dari kata asalnya ini kita bisa memahami bahwa dalam berjihad bisa dipastikan akan mengalami kelelahan serta kesulitan dan dalam berjihad harus mencurahkan kemampuan yang dimiliki dengan maksimal dan optimal.
Jihad dalam timbangan istilah diartikan sebagai berikut:
الْمُبَالَغَةُ وَاسْتِفْرَاغُ مَا فِي الْوُسْعِ وَالطَّاقَةِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ.
Berusaha dengan sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan baik berupa perkataan atau perbuatan.
اسْتِفْرَاغُ الْوُسْعِ فِي مُدَافَعَةِ الْعَدُوِّ.
Mencurahkan segala kemampuan untuk memerangi musuh.
Mencurahkan kekuatan dan kemampuan itu setidaknya di dalam empat perkara, sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Zaadul Ma’ad (juz 3 hal. 6), yaitu:
- Ketika melawan hawa nafsu/diri sendiri (جهاد النفس)
Jihad melawan hawa nafsu dengan senantiasa mempelajari ilmu dan petunjuk Allah dengan benar, mengamalkan ilmu dengan segenap kemampuan, mendakwahkan risalah Allah swt dan bersabar menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan dalam menghadirkan islam di tengah keluarga serta masyarakat
- Ketika melawan syetan (جهاد الشيطان)
Jihad melawan syetan berusaha dengan sekuat kemampuan menolak setiap bisikannya berupa syubhat dan keraguan yang akan melemahkan dan menodai keimanan, serta berusaha menahan diri dari syahwat dan keinginan-keinginan yang rusak. Senjata untuk menghadapinya adalah keyakinan dan sabar.
Satu detik pun Syetan tidak akan pernah melewati kesempatan untuk senantiasa menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Ia berjalan bersama dengan aliran darah, melakukan manuvernya sebelum manusia beramal, ketika sedang melakukan suatu amal, bahkan sesudah melakukan amal sekalipun. Dan itu tidak akan berakhir selama ruh manusia masih bersatu dengan jasadnya. Perhatikanlah sabda Rasulullah saw berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ قَالَ وَعِزَّتِكَ يَا رَبِّ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي عِبَادَكَ مَا دَامَتْ أَرْوَاحُهُمْ فِي أَجْسَادِهِمْ قَالَ الرَّبُّ وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَزَالُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
Dari Abu Sa'id al-Khudry, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya setan berkata; "Demi kemuliaan-Mu wahai Rabb, aku senantiasa akan menggelincirkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih ada di dalam jasad-jasad mereka, " maka Rabb berfirman: "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku." (HR. Ahmad)
- Ketika melawan kaum kafir dan munafiq (جهاد الكفاروالمنافقين )
Jihad melawan orang kafir dan munafiq adakalanya dengan hati, lisan, harta dan jiwa. Allah Swt menegaskan dalam firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ جَٰهِدِ ٱلْكُفَّارَ وَٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS. At-Taubah: 73)
وهذا الجهاد يدخل فيه الجهاد باليد، والجهاد بالحجة واللسان، فمن بارز منهم بالمحاربة فيجاهد باليد، واللسان والسيف والبيان. ومن كان مذعنا للإسلام بذمة أو عهد، فإنه يجاهد بالحجة والبرهان ويبين له محاسن الإسلام، ومساوئ الشرك والكفر، فهذا ما لهم في الدنيا. وَ أما في الآخرة، فـ {مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ} أي: مقرهم الذي لا يخرجون منها {وَبِئْسَ الْمَصِيرُ} .
Termasuk dalam jihad ini adalah jihad dengan tangan, dengan hujjah dan argumentasi. Siapa di antara mereka yang terang-terangan memerangi, maka dia dijihadi dengan tangan, lisan, pedang dan tombak. Dan barangsiapa tunduk kepada Islam dengan perjanjian damai (dengan membayar jizyah) maka dia dijihadi dengan argument dan hujjah, dijelaskan kepadanya kebaikan Islam dan keburukan, kesyirikan, dan kekufuran. Ini yang mereka dapatkan di dunia. Dan adapun di akhirat maka tempat mereka ialah, “Neraka Jahanam.” Dan mereka tidak keluar darinya. “Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (Tafsir As-Sa’dy: 344)
- Ketika melawan berbagai kedzaliman, perbid’ahan dan kemunkaran
Jihad melawan orang-orang dzalim, ahli bid’ah dan pelaku kemunkaran dengan tiga tingkatan sesuai dengan kemampuan yang ada, yaitu sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان
"Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia hilangkan kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman." (HR. Muslim, 1/69)
Bagaimana jihad yang sebenarnya itu?
Jihad adalah syari’at suci yang telah ditetapkan dan diperintahkan kepada kita sebagai seorang muslim, maka jihad di jalan Allah adalah suatu keniscayaan. Untuk membuktikan komitmen kita dalam berjihad dengan jihad yang sebenarnya, maka tahapan-tahapan berikut harus dilakukan:
- Mengimani jihad
Iman adalah pijakan bagi seorang muslim dalam melakukan sesuatu. Kualitas amal tergantung keimanannya bahkan berpahala atau tidaknya ditentukan dengan keimanan yang ada pada dirinya. Imam Al-Muzani beliau berkata :
وَالإِيْمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ مَعَ اعْتِقَادِهِ بِالجَنَانِ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالجَوَارِحِ وَالأَرْكَانِ وَهُمَا سِيَّانِ وَنِظَامَانِ وَقَرِيْنَانِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَهُمَا لاَ إِيْمَانَ إِلاَّ بِعَمَلٍ وَلاَ عَمَلَ إِلاَّ بِإِيْمَانٍ
“Iman itu perkataan dan perbuatan, bersama dengan keyakinan dalam hati, ucapan dalam lisan, dan amalan dengan anggota badan. Perkataan dan perbuatan itu sama, saling mendukung satu dan lainnya, saling terkait satu dan lainnya, dan keduanya tidak dibedakan (sama-sama termasuk iman). Tidak ada iman yang benar melainkan dengan amalan. Tidak ada amalan yang diterima melainkan dengan beriman.” (Syarhu Sunnah, 1/77)
Tidaklah disebut mujahid jika yang menggerakkan dirinya untuk berjihad bukan keimanan, dan soerang mukmin dipertanyakan keimanannya jika tidak terwujud darinya jihad di jalan Allah.
- Mengilmui jihad
Jihad mesti diimbangi dengan ilmu tidak cukup hanya bermodalkan semangat saja, sebagaimana diisyaratkan Allah dalam frman-Nya:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah:122)
Betapa pentingnya peranan ilmu dalam kehidupan sehingga imam Bukhari membuat tarjamah khusus dalam kitab Shahihnya, العلم قبل القول والعمل “ilmu itu sebelum berucap dan beramal”. (Shahih Bukhari, 1:24)
- Mengamalkan jihad
Mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang senantiasa berjihad di jalan Allah dengan segenap kemampuan yang ada sampai titik darah penghabisan tanpa ada keraguan sedikit pun, sebagai konsekuensi dari kejujuran imanannya yang terhunjam kuat di dada, sebagaimana Allah Swt telah nyatakan :
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)
Amal yang paling utama bagi manusia adalah jihad di jalan Allah untuk mewujdkan ‘Li I’lai kalimatillah’ (supaya kalimat Allah tetap yang tertinggi).
لَا يَسْتَوِى الْقٰعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجٰهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ. دَرَجٰتٍ مِّنْهُ وَمَغْفِرَةً وَّرَحْمَةً ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ
Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat daripada-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Ma-ha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. An-Nisa:95-96)
Allah akan menghinakan orang-orang yang meninggalkan jihad, sebagaimana dalam sabdanya:
عن ابن عمر قال,سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
Dari Ibnu Umar ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jika kalian berjual beli dengan cara 'inah, mengikuti ekor sapi, ridla dengan bercocok tanam dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian." (HR. Abu Daud)
- Mendakwahkan jihad
Jihad itu wajib berdasarkan kemampuan yang dimiliki, maka mendakwahkannya pun menjadi wajib.
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104)
- Sabar dalam berjihad
Berjihad di jalan Allah dipastikan akan berhadapan dengan berbagai halangan dan rintangan. Di sinilah pentingnya menguatkan kesabaran. Dengan ujian inilah akan nampak jelas posisi mujahid sejati.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ ٱلْمُجَٰهِدِينَ مِنكُمْ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبْلُوَا۟ أَخْبَارَكُمْ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS. Muhamad : 31)
Yang dihadapi oleh mujahid itu adakalanya sesuatu yang tidak disukai berupa hinaan, ancaman dan beragam kedzaliman dari orang yang antipati terhadap jihad di jalan Allah sebagaiamana yang dialami oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Mujahid sejati adalah mereka yang tetap tegar dan kokoh di jalan dakwah apapun resiko yang harus dihadapi, sebagaimana firman Allah swt :
يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela… (QS. Al-Maidah : 51)
Seorang mujahid juga akan dihadapkan pada ujian berupa godaan popularitas dan gemerlapnya materi duniawi, sebagaimanan Rasulullah saw telah isyaratkan :
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلْمَغْنَمِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ فَمَنْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Dari Abu Musa radhiallahu'anhu berkata, Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ lalu berkata, "Seseorang berperang untuk mendapatkan ghanimah, seseorang yang lain agar menjadi terkenal dan seseorang yang lain lagi untuk dilihat kedudukannya, manakah yang disebut fii sabilillah?" Maka beliau bersabda, "Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah". (HR. Bukari, No. 2599)
DW. Ashidiq
Mudir MTs. Persis 282 Cileutik
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PETA IEDUL ADHA
Sebagaimana telah kebanyakan orang mafhum bahwa dalam Islam terdapat syari’at-syari’at yang harus dilaksanakan oleh Muslim. Baik yang berupa kewajiban yang mutlak maupun kew
KITA ADALAH MUJAHID
Ungkapan “Kita adalah Mujahid” bukanlah ungkapan yang lahir dari kesombongan, tapi lahir dari komitmen kita sebagai seorang muslim yang diperintahkan Allah untuk senantiasa
PALESTINA UJIAN BAGI UMAT ISLAM
Ujian adalah sebuah keniscayaan bagi seorang mukmin, tidak ada satu waktu dan ruang pun yang kosong dari ujian Allah swt, sebab apa yang terjadi pada diri kita di dunia yang fana ini se
PERADABAN PESANTREN
مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذ